Jumat, 29 Mei 2015

PENGERTIAN, FENOMA STRES PADA WANITA serta HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL dan SOCIAL SUPPPORT

1.     PENGERTIAN TENTANG GANGGUAN MENTAL
Gangguan Mental dapat disebut juga kekalutan mental, kekacauan mental, penyakit mental.
Gangguan mental menurut para ahli :
·        Kartini Kartono (1989), yang disebut dengan gangguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan dari mereaksi nya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern serta ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ atau system kejiwaan/ mental.
·        J.P Chaplin (1981), berpendapat bahwa gangguan mental adalah sembarang ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan.

FENOMA STRES PADA WANITA
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting  .  Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.
Sebagai contoh:
 banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
 

  SUMBER POTENSI STRES

§  Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi wanita dan mengganggu konsentrasi individu tersebut. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang.
·        MENGATASI STRES
Stres dapat diatasi atau diringankan dampaknya dengan cara:
§  mengkonsultasikan masalah yang sedang dihadapi kepada psikiater atau rekan kerja atau teman dekat
§  melakukan olahraga ringan
§  mengkonsumsi bahan makanan kaya gizi
§  menonton acara komedian atau lawak
§  bermain video game
§  berkumpul dengan teman sesame wanita

·        Contoh kasus konflik pada wanita yang berperan ganda:
Deni dan Susan, adalah salah satu pasangan yang menjalani pernikahan dengan beda pendapatan tersebut. Saat Deni kena PHK dari pekerjaannya dengan jabatan sebagai manajer sebuah bank, ia pun harus mencari pekerjaan lain. Pekerjaan barunya kini ternyata gajinya lebih kecil dari sang istri, Susan yang bekerja sebagai kepala HRD sebuah perusahaan. 
 Kini setelah menjadi orang yang pendapatannya lebih tinggi dari sang suami, Susan merasa lebih percaya diri. "Aku jadi tidak bergantung lagi secara finansial pada suami," katanya. Hanya saja jika memang boleh memilih, Susan yang ibu satu anak itu lebih suka menjadi ibu rumah tangga atau bekerja part time saja. "Jadi aku bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan putraku," katanya. Wanita seperti Susan, meski bergaji lebih besar dari suaminya, harus berjuang untuk menyeimbangkan tugasnya sebagai orangtua sekaligus dengan pekerjaannya.

·        Analisis Kasus
Satu dampak dari keterlibatan wanita dalam angkatan kerja adalah terjadinya konflik antara kebutuhan untuk pengembangan diri dalam karir dengan nilai-nilai tradisional yang melekat pada wanita.  Hubungan antara pekerjaan dan keluarga adalah dua arah (bidirectional), yaitu lingkungan pekerjaan dapat mencampuri lingkungan keluarga (work to family conflict), dan lingkungan keluarga dapat mencampuri lingkungan pekerjaan (family to work conflict) (Adams dkk, 1996). Konflik seringkali terjadi karena tugas rumah tangga sering datang seiring dengan tugasnya sebagai karyawan dan keduanya memerlukan perhatian yang sama besar, waktu dan energi dibutuhkan untuk mencapai pemenuhan peran yang optimal. Konflik antara lingkup pekerjaan dan keluarga hadir pada saat individu harus menampilkan multi peran: pekerja, pasangan, dan orang tua (Senecal dkk., 2001). Bimbaum melaporkan bahwa satu dari enam wanita professional di Amerika mengalami konflik dalam mengkombinasikan karir dan rumah tangga (Arinta & Azwar, 1993).
Pekerjaan dan keluarga dapat menjadi stressful, stress dalam menghadapi peran gandanya tersebut. Apalagi jika pekerjaan dan keluarganya memberi tekanan dalam waktu yang bersamaan. Sebagai ibu yang memiliki anak, maka kewajibanya untuk mengawasi tumbuh kembang si anak tersebu. Pada sisi lain dia juga harus memikirkan tanggung jawab yang lain, yaitu tanggung jawab sebagai seorang pemimpin pada suatu perusahaan yang juga memerlukan perhatian lebih agar perusahaan yang dipimpin tetap berada pada jalurnya.

 Konflik yang terjadi pada peran di pekerjaan dan peran di keluarga menimbulkan efek-efek negatif. Konflik pekerjaan - keluarga (work - family conflict) oleh para ahli selalu dikaitkan dengan sumber stress yang mempengaruhi segi fisik dan psikologis (Adams dkk.,1996). Frone, Russel, & Barnes (Major dkk, 2002) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan ke keluarga (work to family conflict) mempunyai hubungan dengan depresi dan keluhan somatic. Konflik yang berkepanjangan. Tidak saja dapat menurunkan kinerja, Tetapi bisamenimbulkan stres. Stres terjadi karena konflik yang berkepanjangan menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan psikis, sebagai bentuk reaksi terhadap tekanan yang intensitasnya sudah terlalu tinggi.
    Dampak yang ditimbulkan oleh konflik salah satunya adalah stress. Stress bukan hanya bersifat personal,stress juga dapat terjadi di lingkungan kerja.
  • §        Menurut Selye (dalam Beehr, et al., 1992), pengertian dari stress kerja adalah respon seorang individu terhadap stresor di tempat kerja. Stres sebagai reaksi organisme, yang dapat berupa reaksi fisiologis, psikologis, atau perilaku. Berdasarkan definisi di atas, stress kerja dapat diartikan respon individu terhadap sumber atau stresor, dimana stresor yang dimaksud adalah segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress kerja yang dapat memunculkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
  • §   Menurut Stephen Palmer & Cary Cooper (2007), mengemukakan bahwa respon terhadap stres dapat ditampilkan dalam 3 bentuk, yaitu bentuk fisik, perilaku dan psikologis.

Gejala yang ditimbulkan dalam bentuk fisik, antara lain, mulut kering, tangan lembab, sesak nafas, migrain, diare, asma bahkan sampai pingsan. Gejala yang ditampilkan dalam bentuk perilaku, antara lain perilaku agresif, meningkatkan konsumsi alkohol, menunda-nunda pekerjaan, perilaku pasif, perubahan pola tidur, menurunnya performa kerja, meningkatkan absensi, meningkatkan konsumsi kafein, manajemen waktu yang jelek. Sedangkan gejala psikologis ditampilkan antara lain dalam bentuk marah, gelisah, ketakutan, cemas, rasa malu, turunnya harga diri, keinginan bunuh diri, pikiran paranoid, mimpi buruk, depresi, kecemburuan, tidak dapat berkonsentrasi, sering melamun.

2.     HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL dan SOCIAL SUPPORT
v Arti kata Kesehatan Mental
Kesehatan Mental merupakan alih bahasa dari Mental Hygiene atau Mental Health berasal  dari kata Hygiene dan Mental. Secara etimologi Hygiene dari kata Hygea yaitu, nama Dewi Kesehatan Yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan manusia di dunia. Kemudian muncul kata hygiene untuk  menunjukkan  suatu kegiatan yang bertujuan mencapai hygiene. Sedangkan mental berasal dari kata latin Mens dan Mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, dan semangat.

v Kesehatan Mental menurut Para Ahli

Menurut Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan,  menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.



 

  • Pengertian Dukungan Sosial


            Pierce (dalam Kail and Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang- orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang- orang lainnya.
            Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihah penerima. Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

      Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yangh berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

v Sumber-sumber Dukungan Sosial
Menurut Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ada 2 sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.

-       -   Dukungan sosial artifisial
Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.
-        -   Dukungan sosial natural
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupanya secara spontan dengan orang- orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, isteri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non- formal.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut terletak dalam hal sebagai berikut ;
Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat- buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan penyampaian salam. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis .


Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis terbagi atas :

- Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga.
Mereka adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan memberikanrasa aman bagi anggota- anggotanya.
Menurut  Argyle (dalam Veiel & Baumann,1992), bila individu dihadapkan pada suatu stresor maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif stresor karena ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering (penangkal) terhadap dampak stresor. Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta hubungan antar anggota keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa anggota keluarga merupakan orang- orang yang penting dalam memberikan dukungan instrumental, emosional dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai peristiwa menekan dalam kehidupan.

- Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel & Baumann,1992) menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu meterial atau instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan  tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

Bentuk Dukungan Sosial
Menurut Kaplan and Saddock (1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai berikut ;
  1. Tindakan atau perbuatan

  Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh orang disekitar pasien, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.
-         Aktivitas religius atau fisik
Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
-         Interaksi atau bertukar pendapat
Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara pasien dengan orang- orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi dapat memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di sekitarnya.

-         Dampak Dukungan Sosial
  • Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang- orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan pemberian dukungan sosial yang bermakna maka seseorang akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan yang akan dijalaninya (Suhita, 2005)
  • Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan kecemasan dan efeknya. Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan kecemasan mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.


Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Dalam Sarafino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :
  • ·        Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
  • ·        Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
  • ·        Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.


Dimensi Dukungan Sosial
Menurut Jacobson (1986), dukungan sosial meliputi 3 hal, diantaranya ;
  • Emotional support, meliputi ; perasaan nyaman, dihargai, dicintai dan diperhatikan.
  • Cognitive support, meliputi ; informasi, pengetahuan dan nasehat.
  • Material support, misalnya ; bantuan atau pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi masalah.

Kategori Dukungan Sosial :
Menurut Nursalam (2003), dukungan sosial keluarga dikategorikan menjadi ;
Dukungan sosial kurang dengan skor < 7
Dukungan sosial cukup dengan skor 8 – 13
Dukungan sosial kurang dengan skor 14 – 20

LALU APA SI HUBUNGANNYA???

Hubungan Kesehatan Mental dan Social Support
Jelas sekali keduanya itu saling berkaitan satu sama lain. Kenapa???
Karena dari teori-teori diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Dukungan Sosial itu sangat mempengaruhi Kesehatan Mental kita. Mental yang sehat dapat terwujud karena adanya kebutuhan-kebutahan Dukungan Sosial yang terpenuhi, sebaliknya kemungkinan jika kebutuhan-kebutuhan Dukungan Sosial kita tidak terpenuhi akan mengakibatkan gangguan mental yang tidak diharapkan.

referensi :

Froland, C., Brodsky, G., Olson, M., & Stewart, L. 2000. Social Support and Social Adjustment: Implications for mental health proffesionals. Community Mental Health Journal, 36 (1), 61-75
Riyanti, Dwi,  B. P., Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta. Gunadarma
Basuki, Heru, M. A., 2008. Psikologi Umum.  Jakarta. Universitas Gunadarma