Sabtu, 28 November 2015

Motivasi



·         Teori Harapan dan implikasi praktisnya

Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229) Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165). Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas.
Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu:
1.     harapan (expentancy)
2.     nilai (Valence)
3.     pertautan (Inatrumentality)

-          Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian
-          Nilai (Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu
-          Pertautan (Inatrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
Teori ini termasuk kedalam Teori – Teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu dalam pemrosesan informasi. Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah kebutuhan. Pekerja diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi kerjanya dengan mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat keputusanyang optimal. Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai – nilai mereka.. Salah satu teori harapan yang terkait dengan kerja dikemukakan oleh George Poulus, Mathoney dan Jones (1957) yang mengacu pada Path-Goal Theory. Mereka mengemukakan bahwa para pekerja akan cenderung menjadi produktif apabila mereka memandang produktivitas yang tinggi itu sebagai satu cara atau lebih pada tujuan pribadi.
Sebaliknya, kinerja yang rendah hanyalah satu jalan menuju tujuan pribadi. Misalnya produktivitas yang tinggi akan lebihcepat atau mudah untuk terpenuhinya tujuan pribadi daripada pekerja yang hasilnya terbatas atau lebih rendah. Dengan menggunakan pendekatan”jalan ke arah tujuan (path-goal)” ini, Vroom (1976) menyarankan suatu teori motivasi kerjayang dikenal dengan singkatan VIE – Valensi/kemampuan (valence), sarana (Instrumentality), dan harapan (Expectancy). Pada kesempatan ini yang dibahas yaitu mengenai Teori Harapan (Expectancy Theory). Nadler & Lawler menyatakan bahwa terlepas dari teori VIE sebagaimana yang diutarakan para ahli lainnya, namun ternyata teori VIE menerima terlalu banyak dukungan empiis karena nilainya yang positif bagi organisasi. Secar khusus, teori ini memberikan beberapa implikasi yang jelas dan positif bagi manajer, dimana manajer hendaknya memperhatikan petunjuk sebagai berikut:
Menentukan mana penghargaan yang lebih penting para pegawai. Misalnya, kebanyakan manajer seringkali memandang bahwa pemberian gaji dan tunjangan yang tinggi sangat diinginkan pegawai, namun setelah dilakukan pnlitian dia terkejut karena hasilnya justru menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terbukti. Demikian perlu dicatat bahwa keinginan para pegawai berbeda – beda,dan oleh karena itu mereka tidak memberikan respon dengan cara yang sama terhadap sistem insentif perusahaan. Mendefinisikan kinerja yang baik dengan menetapkan secara benar standar kuantitas dan kualitas kerja yang terukur. Memastikan bahwa tujuan kinerja bersifat realistik, apabila pegawai tidak mencapai tujuan kinerja yang diharapkan, maka motivasi untuk bekerja pun menjadi rendah. Pegawai harus merasakan bahwa penghargaan yang diterima terasa adil. Tetapi sistem motivasi yang berdasarkan pada equity (keadilan) jangan dikacaukan dengan sistem yang berdasarkan equality (kesamaan), dimana seluruh pegawai diberikan dengan penghargaan yang sama dengan mengabaikan kualitas kerja dan hasil kerja masing – masing individu. Mengingat ada beberapa organisasi yang memiliki aturan kerja yang kaku dan sistem penghargaan yang mendorong para pekerja untuk mencapai hasil yang setinggi – tingginya, maka para manajer hendaknya merancang sistem penghargaan yang lebih fleksibel dan equitable. Contoh Kasus PHK:
Dari sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan. Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK. Konsisten dengan teori ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan pekerjannya.
Rekomendasi: Kaitkan penghasilan dengan prestasi. Sesuai dengan Expectancy Theory (Vroom, dalam Donovan, 2001), tiga hal akan direkomendasikan untuk perusahaan dalam Contoh Kasus:
·       Tingkatkan Expectancy: Para pekerja perlu merasa bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu, perusahaan perlu memberikan pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan memang memiliki keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
·       Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan reward system yang terkait dengan prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim yang berhasil mencapai targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus. Dengan cara ini, para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang benar akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
·       Tingkatkan Valence: Karena masing-masing individu memiliki penilaian yang berbeda, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk merancang reward system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap individu karyawan. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan poin bonus yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan individu, misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon makan, dsb. Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus menerapkan sistem pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa masing-masing karyawan mendapatkan poin bonus secara adil.

·         Teori tujuan dan implikasi praktisnya

Locke menguslkan model kognitif yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan hubungan antara niat/intentions dengan perilaku.Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang mengarahkan perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan


Sumber :
Leavitt, J.H., 1992 Psikologi Manajemen, Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: Penerbit Erlangga
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia
Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sabtu, 07 November 2015

Psikologi Manajemen

. LEADERSHIP

   Pada dasarnya definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) telah banyak dikemukakan para pakar atau akhli di bidang manajemen sumber daya manusia. Definisi atau pengertian kepemimpinan ( leadership ) banyak yang dikutip oleh Thoha (2006 : 5) dari berbagai pakar atau ahlii, antara lain sebagai berikut: 
(1) Menurut Robert Dubin definisi atau pengertian kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan.
(2) Menurut J.L. Hemphill, definisi atau pengertian kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencapai jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
(3) Dr. Thomas Gordon mengatakan kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

(4) Tannenbaum, Weschler,& Massarik (1961) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
(5)  P. Pigors (1935) Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.


2. Teori-teori Kepemimpinan Partisipatif



Teori X dan Teori Y (DOUGLAS MC GREGOR)
         Douglas  McGregor telah merumuskan dua model yang dia sebut Teori X dan Teori Y.
1)      Asumsi teori X yaitu rata-rata manusia memiliki bawaan tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya jika dia bisa.
a.       Karena mereka tidak suka bekerja, kebanyakan orang harus dikontrol dan terancam sebelum mereka akan bekerja cukup keras.
b.      Manusia rata-rata lebih suka diarahkan, tidak menyukai tanggung jawab, adalah jelas, dan keinginan keamanan di atas segalanya.
c.       Asumsi ini terletak di belakang hari ini sebagian besar prinsip-prinsip organisasi, dan menimbulkan baik untuk "sulit" manajemen dengan hukuman dan kontrol ketat, dan "lunak" manajemen yang bertujuan untuk harmoni di tempat kerja.
d.      Kedua ini adalah "salah" karena pria perlu lebih dari imbalan keuangan di tempat kerja, dia juga membutuhkan motivasi lebih dalam tatanan yang lebih tinggi - kesempatan untuk memenuhi dirinya sendiri.
e.       Teori X manajer tidak memberikan kesempatan ini staf mereka sehingga karyawan diharapkan berperilaku dalam mode.
2)      Teori Y Asumsi
a.       Pengeluaran upaya fisik dan mental dalam bekerja adalah sebagai alam seperti bermain atau istirahat.
b.      Pengendalian dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk membuat orang bekerja, manusia akan mengarahkan dirinya sendiri jika ia berkomitmen untuk tujuan organisasi.
c.       Kalau suatu pekerjaan memuaskan, maka hasilnya akan komitmen terhadap organisasi.
d.      Pria belajar rata-rata, di bawah kondisi yang tepat, tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e.       Imajinasi, kreativitas, dan kecerdikan dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kerja dengan sejumlah besar karyawan.
f.       Di bawah kondisi kehidupan industri modern, potensi intelektual manusia rata-rata hanya sebagian dimanfaatkan


B. Teori Sistem 4 dari Kensis Linkert

- Asumsi dasar
Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baikmaka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat system:
1. Sistem pertama : system yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Tahun 1960-an Likert dikembangkan empat sistem manajemen yang menggambarkan hubungan, keterlibatan, dan peran antara manajemen dan bawahan dalam pengaturan industri.Keempat sistem adalah hasil dari penelitian bahwa ia telah dilakukan dengan sangat produktif supervisor dan anggota tim mereka Perusahaan Asuransi Amerika. Belakangan, ia dan Jane G. Likert merevisi sistem berlaku untuk pengaturan pendidikan. Mereka awal revisi itu dimaksudkan untuk menjelaskan peran kepala sekolah, siswa, dan guru; akhirnya individu-individu lain di dunia akademik dimasukkan seperti pengawas, administrator, dan orangtua.
2. Sistem kedua : system yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitive terhadap kebutuhan karyawan.
3. Sistem ketiga : system konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
4. Sistem keempat : system partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
5.  Partisipatif (kelompok) system : Manajemen sepenuhnya percaya pada bawahan / karyawan. Ada banyak komunikasi dan bawahan sepenuhnya terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan nyaman menyatakan pendapat dan ada banyak kerja sama tim. Tim dihubungkan bersama-sama oleh orang-orang, yang menjadi anggota lebih dari satu tim. Likert panggilan orang di lebih dari satu kelompok "menghubungkan pin". Karyawan di seluruh organisasi merasa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Tanggung jawab ini terutama sebagai bawahan motivasi ditawarkan imbalan ekonomi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka telah berpartisipasi dalam pengaturan.

C.    Teori of Leadership Pattern Choice Tannenbaum dan Schmidt
Model delegasi dan tim pengembangan Tannenbaum dan Schmidt Continuum adalah sebuah model sederhana yang menunjukkan hubungan antara tingkat kebebasan yang seorang manajer memilih untuk diberikan kepada tim, dan tingkat kewenangan yang digunakan oleh manajer. Sebagai kebebasan tim meningkat, sehingga otoritas manajer berkurang. Ini adalah cara yang positif bagi kedua tim dan manajer untuk berkembang. Sementara model Tannenbaum dan Schmidt keprihatinan kebebasan didelegasikan ke grup, Prinsip yang mampu menerapkan berbagai tingkat kebebasan didelegasikan erat berkaitan dengan 'delegasi tingkat' pada delegasi halaman. Sebagai seorang manajer, salah satu tanggung jawab Anda adalah untuk mengembangkan tim Anda. Anda harus mendelegasikan dan meminta sebuah tim untuk membuat keputusan sendiri untuk berbagai tingkatan sesuai dengan kemampuan mereka.

    Berikut adalah Tannenbaum dan Schmidt Continuum didelegasikan tingkat kebebasan, dengan beberapa tambahan penjelasan bahwa seharusnya membuat lebih mudah untuk memahami dan menerapkan.
1)      Manajer memutuskan dan mengumumkan keputusan.
2)      Manajer memutuskan dan kemudian 'menjual' keputusan untuk kelompok.
3)      Manajer menyajikan latar belakang keputusan dengan ide-ide dan mengundang pertanyaan.
4)      Manajer menyarankan keputusan sementara dan mengundang diskusi tentang hal itu.
5)      Manajer menyajikan situasi atau masalah, mendapat saran, kemudian memutuskan.
6)      Manajer menjelaskan situasi, mendefinisikan parameter dan meminta tim untuk memutuskan.
7)      Manajer memungkinkan tim untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan pilihan, dan memutuskan tindakan, dalam batas-batas yang diterima manajer.



Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Universitas Indonesia
Vroom, VH dan Yetton, PW. (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Pittsburg: University of Pittsburg.
Yukl, G. A., R. Lepsinger, and T. Lucia. 1992. Preliminary Report on the Development and Validation of the Influence Behavior Questionnaire. in Impact of Leadership. Eds. K. E. Clark.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Definisi kekuasaan dan sumber menurut French dan Raven

Definisi kekuasaan menurut ahli: 

Max webber
Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan

Russel 
Mengartikan kekuasaan itu sebagai suatu produksi dari akibat yang diingikan.

Abdul Muiz
Mengungkapkan bahwa Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti dengan istilah pengaruh dan otoritas.

     Konsep penting atas  dasar gagasan ini adalah bahwa kekuasaan merupakan pengaruh laten (terpendam). French dan Raven mengidentifikasikan lima sumber basis kekuasaan.

1.    KEKUASAAN BALAS JASA (REWARD POWER)

2.    KEKUASAAN PAKSAAN (COERCIVE POWER)

3.    KEKUASAAN SAH (LEGITIMATE POWER)

4.    KEKUASAAN AHLI (EXPERT POWER)

5.    KEKUASAAN PANUTAN (REFERENT POWER)




Sumber : 
Thoha, Miftah. 2003. kepemimpinan dalam Suatu Manajemen: Suatu pendekatan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Winardi. 1990. Kepemimpinan dalam Manajemen. Bandung: Rineka Cipta

Sabtu, 24 Oktober 2015

Mempengaruhi Perilaku

A. Model-model dalam Mempengaruhi Perilaku Orang Lain dan Peranannya dalam Psikologi Manajemen

  Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan Komunikasi Persuasi dikemukakan oleh Aristoteles yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu;
1.   Logical argument (logos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang             ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.

2.   Psychological/ emotional argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif.

3.   Argument based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari seorang pemuka agama.

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya;

1.   Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.

2.   Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.

3.   Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.

4.   Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/ komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan rokok dengan diksi “nggak ada loe nggak rame…”.
Namun keempat pendekatan tersebut dapat dikombinasikan sesuai dengan tujuan persuasi dari komunikator.

  Peran hal ini dalam psikologi manajemen menurut saya terlihat dalam metode persuasif yang digunakan oleh para sales dan marketing.Dimana mereka harus mempengaruhi orang lain secara kognisi dan perilaku.

B. Wewenang 

     Wewenang & peran wewenang dalam manajemen
Wewenang merupakan kemampuan yang diterima untuk mengambil keputusan dan untuk mendelegasikan suatu tundakan (atau tidak).

sumber :
Leavitt, J.H., 1992 Psikologi Manajemen, Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: Penerbit Erlangga

Zarkasi, Muslichah. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga

Sabtu, 17 Oktober 2015

Definisi Pengaruh dan Kunci Perubahan Perilaku

Definisi pengaruh:

       Dampak sangat berhubungan erat dengan pengaruh. Bahkan tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa antara dampak dan pengaruh adalah sama. Sampai akhirnya beberapa ahli menguraikan keduanya berdasarkan pendapat apakah dampak dan pengaruh merupakan dua konsep yang berbeda atau salah satu diantaranya merupakan kosep pokok dan yang lainnya merupakan bentuk khususnya.

Definisi pengaruh menurut para ahli :
  •      Pengertian Pengaruh Menurut M. Suyanto :

      Pengaruh merupakan nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu.
  •     Pengertian Pengaruh Menurut Albert R. Roberts & Gilber :

      Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki               kewenangan untuk mengambil keputusan.
  •      Pengertian Pengaruh Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke :

      Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya

Kunci-Kunci Perubahan Perilaku :

  Perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari individu berkepribadian (personality) baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang, melainkan dari adanya daya intelektual dan perbuatan. Selanjutnya, tidak hanya membentuk saja, tapi juga disertai upaya menjadikan personality tersebut berkualitas.
  Kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.
  Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadi. Perubahan masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu, karena di dalamnya ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia.
  Secara definisi, masyarakat adalh kumpulan individu-individu yang salingberinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu dengan individu lain dengan perilakunya. Sedangkan perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari satu individu kepribadian 

Daftar Pustaka :
Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Edgar, H Schein. (1991). Psikologi Organisasi. Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo

Kamis, 08 Oktober 2015

PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN DIMENSI KOMUNIKASI

Definisi
·         Menurut para ahli :
       Menurut Ruben dan Steward Komunikasi adalah suatu proses mengaitkan individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam suatu komunitas, kelompok, organisasi dan masyarakat yang menciptakan dan merespon pesan dengan tujuan beradaptasi dengan lingkungan yang satu dengan lainnya.
Menurut Rogers & O. Lawrence Kincaid Komunikasi merupakan suatu interaksi dimana terdapat dua orang atau lebih yang sedang membangun atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain yang pada akhirnya akan tiba dimana mereka saling memahami dan mengerti.
       Menurut COLIN CHERLY Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
       Menurut GERALD R. MILLER Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.
       Menurut William F. Glueck (Manajemen) Komunikasi dapat dibagi menjadi dua yaitu Interpersonal Communications dan Organization Communications. Interpersonal Communications adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dalam kelompok kecil manusia. Sedangkan Organization Communications adalah dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi serta lembaga-lembaga di luar yang ada hubungannya.

  •           Menurut perilaku, komunikasi dapat dibedakan menjadi :

a. Komunikasi formal
Komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi / perusahaan yang tau caranya telah diatur dalam struktur organisasinya, misalnya rapat kerja perusahaan, konferensi, seminar dan sebagainya.
b. Komunikasi informal
Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan tidak mendapat pengakuan resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap kepentingan organisasi atau perusahaan, misalnya kabar burung, desas-desus, dan sebagainya.
c. Komunikasi nonformal
d. Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang  berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya.

       Maka dapat diketahui bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi, serta dapat mengarahkan komunikasi informal kepada komunikasi formal.

       Dalam komunikasi terdapat 5 tingkatan komunikasi yaitu sebagai berikut:
  1.  Komunikasi massa bisa diartikan sebagai suatu jenis komunikasi yang diperuntukkan pada ruang lingkungan hidup yang lebih luas dari jenis-jenis komunikasi yang ada sebelumnya dan dilakukan melalui sebuah perantara yaitu media cetak maupun media elektronik sehingga pesan yang sama bisa diterima dengan cepat dan serentak.
  2. Komunikasi organisasi bisa dimakna sebagai jenis komunikasi dilakukan untuk memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Komunikasi dapat terjadi dalam penerimaan dan pengirim berbagai informasi organisasi dalam sebuah kelompok informal maupun formal dari sebuah organisasi dengan jumlah anggota relatif sedikit. Jenis komunikasi ini dapat dilakukan dengan lebih dari 2 orang tetapi mempunyai ruang lingkungan hidup yang kecil, dimana setiap individu memiliki pandangan dari setiap informasi yang disampaikan.
  3. Komunikasi antarpribadi bisa dimaknai sebagai jenis komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan yang lain secara personal. Jenis komunikasi antarpribadi ini dapat dilakukan dengan cara bertatap muka dua orang namun biasanya tidak dilakukan secara tatap muka.
  4. Komunikasi intrapribadi yaitu suatu jenis komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang seperti proses dalam mengolah informasi melalui sistem sara dan pancaindra manusia. Jenis komunikasi ini dapat dilakukan kepada satu orang saja, misalnya berkomunikasi dengan diri sendiri atau sedang mengkhayal.
  5. Komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan empat tahap yaitu pengumpulan fakta, perencanaan, komunikasi dan evaluasi.

  • DIMENSI KOMUNIKASI

Dimensi Isi
    Dimensi isi disandi secara verbal dan menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan.
Dimensi Arah
    Komunikasi dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah merupakan satu orang memberikan informasi kepada orang lainnya tanpa ada timbal balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga memberikan informasi, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya.
Dimensi Kebisingan
    Tinggi rendahnya suara yaang terdengar dalam melakukan komunikasi.
Dimensi Jaringan

    Sampai sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukkan komunikasi diantaranya ada komunikasi yang bergantung pada (jaringan satelit)

DAFTAR PUSTAKA :  
Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Marnis. 2009. Pengantar Manajemen. Pekanbaru. PT Panca Abdi Nurgama
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen. Erlangga: Jakarta

Leavit . J, Harold. 1978. Psikologi Manajemen. Erlangga: JAKARTA

Rabu, 30 September 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN dan ORGANISASI

PSIKOLOGI MANAJEMEN 

PENGERTIAN 

  Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal    Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner).
     Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:
  •       Perencanaan (Planning)
  •    Pengorganisasian (Organizing),
  •    Pengarahan (Actuating/Directing), dan
  •    Pengawasan (Controlling)
      Kaitannya dengan psikologi:
     Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia. 
Maka, sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Uang) dan SDM (Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting, karena ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, yang mampu mengintervensi atau mengolah berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan. 

ORGANISASI 
      
     Psikologi organisasi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku individu dan perilaku kelompok dalam aturan organisasi formal. Katz dan Kahn menyatakan bahwa esensi dari sebuah organisasi adalah “pola” atau motif perilaku manusia. Ketika perilaku berpola, beberapa struktur dikenakan pada individu. Struktur ini biasanya datang dalam bentuk peran (normatif standar yang mengatur perilaku) serta adanya pedoman nilai.Penting untuk membedakan antara formal dan informal organisasi. 
     Sebuah organisasi formal adalah salah satu organisasi yang memiliki ciri beberapa pernyataan yang menyatakan memenuhi tujuan dan tujuan yang sering dinyatakan secara tertulis. Organisasi formal juga biasanya menunjukkan beberapa tingkat kontinuitas dari waktu ke waktu, mereka sering bertahan hidup jauh lebih lama dari anggota pendiri lakukan. Organisasi bisnis jelas menunjukkan karakteristik ini yang mendefinisikan dari organisasi formal, seperti halnya banyak lain organisasi nirlaba dan pemerintah lembaga.
      Sebaliknya, sebuah organisasi informal di mana tujuannya adalah biasanya kurang eksplisitdaripada organisasi formal.

      Organisasi berbeda dari pengorganisasian, karena pengorganisasian adalah fungsi dari manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang bersifat statis. Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi.


Daftar Pustaka: 

1.      Usman, Husnaini, Manajemen Teori, Praktik, & Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
2.      Tisnawati Sule, Erni, Pengantar Manajemen, Kencana, Bandung, 2004.
3.      Fathoni, Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,Rineka Cipta, Bandung, 2006.
4.      Handoko, T. Hani, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1999.
5.      Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Bumi Aksara; Jakarta, 2007.
6.      Wursanto, Ig,  Dasar-dasar Ilmu organisasi, CV. Andi offset; 2005