Hubungan
antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif.
Kekuatan hubungan mepunyai rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat
menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya
dengan meningkatkan kepuasan kerja dalam Kreitner dan Kinicki (2001)
Beberapa
korelasi kepuasan kerja antara lain:
Antara
motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan
dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja.
Hal
ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan
peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan
kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang
memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
Bagaimana
perilaku pekerja tentang apa yang berada di luar bidang pekerjaannya.
Mencerminkan
tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai
komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan
terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja
akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang
lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Antara
ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain
apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
Hubungan
antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat
mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer
dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
Antara
perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan
meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
Terdapat
hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu
menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan
dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan
kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi
kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga
pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
Mencegah
dan Mengatasi Ketidakpuasan Kerja
Karena
masalah-masalah yang dihadapi karyawan pada dasarnya lebih disebabkan faktor
eksternal maka pendekatannya adalah pada sistem manajemen. Untuk itu yang dapat
dilakukan perusahaan antara lain dengan dengan pendekatan-pendekatan umum:
- Mengadakan pengkajian mendalam
apa saja faktor-faktor eksternal karyawan yang memengaruhi kepuasan kerja,
motivasi kerja, dan kinerja
- Melakukan kajian kekuatan dan
kelemahan perusahaan dilihat dari penerapan sistem manajemen sumberdaya
manusia kaitannya dengan strategi bisnis termasuk dalam hal analisis
pekerjaan dan beban kerja karyawan
- Melakukan perbaikan
fungsi-fungsi MSDM mulai dari fungsi rekrutmen dan seleksi karyawan,
program orientasi, manajemen pelatihan dan pengembangan, penempatan
karyawan, manajemen kompensasi, dan manajemen karir.
- Mengefektifkan keterkaitan
strategi bisnis secara sinergis dengan strategi-strategi lainnya seperti
strategi SDM, strategi finansial, strategi produksi, strategi pemasaran,
dan strategi informasi sebagai suatu kesatuan yang utuh
- Melakukan reposisi gaya kepemimpinan
yang dinilai tepat diterapkan di perusahaan
Jadi kesimpulan
menurut saya hubungan antara pelaksanaan kerja dan kepuasan kerja sudah pasti
menjadi hal yang juga penting untuk aktualisasi, karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada
gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan yang seperti ini akan sering
melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi
tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan
kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran kerja yang lebih
baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang
berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan
maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam
lingkungan kerja perusahaan.
Sumber:
Kreitner R, & kinicki, A.,
(2001). Organizational behavior. Fith Edition,
International Edition, Mc graw-Hill Companies, Inc.
Leavitt, J.H., 1992 Psikologi
Manajemen, Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: Penerbit Erlangga
Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku
Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta